Sabtu, 19 Januari 2013

Sapta Timira

https://docs.google.com/file/d/0Bw6jw6XKyFvXdkNzeEdZc3UwUzg/edit

    1. Surupa berarti rupa tampan, ganteng, cantik.
    2. Dana berarti kekayaan.
    3. Guna berarti kepandaian.
    4. Kulina berarti keturunan bangsawan.
    5. Yuwana berarti keremajaan.
    6. Sura berarti keberanian.
    7. Kasuran berarti kemenangan.
    Ketujuh hal tersebut sering menyebabkan orang menjadi sombong, angkuh, congkak, bangga luar biasa, mabuk, lupa daratan. Itulah musuh-musuh manusia yang amat berbahaya dan dapat membuat orang tidak susila.
    Agar dapat memahami lebih jelas ketujuh macam kegelapan, marilah kita ikuti penjelasan berikut ini.
      1. Surupa (mabuk karena rupa tampan)
    Surupa artinya kecantikan atau kebagusan. Kecantikan dan kebagusan itu dibawa sejak lahir dan merupakan anugrah Hyang Widhi (Tuhan) yang maha pengasih dan penyayang.
    Bagi orang yang memiliki ini boleh merasa beruntung atas anugrah serta kasih sayang Hyang Widhi, namun tidaklah patut bangga dan takabur atas kecantikan dan kebagusan yang dimiliki itu, karena itu sifatnya maya dan tidak kekal. Ketampanan yang dimiliki seharusnya disertai keluhuran budi. Hendaknya Surupa itu tidak dibiarkan sebagai bidang keladi menuju kehancuran.
      2. Dhana (mabuk karena kekayaan)
    Dhana artinya kekayaan. Kekayaan sungguh berguna bagi siapa pun. Setiap orang menginginkan hal itu, karenanya orang berusaha dengan bekerja keras untuk dapat memiliki kekayaan itu. Namun harus dilandasi dharma. Kekayaan itu disebut harta, meliputi pangan, sandang, dan papan. Kekayaan itu sangat besar gunanya namun besar juga godaan-nya. Oleh karenanya bagi orang yang memiliki kekayaan hendaknya dapat mempergunakan kekayaan itu dengan tepat sesuai menurut ajaran agama.
    Kekayaan yang diperoleh berdasarkan ajaran agama dan dipergunakan sesuai menurut ajaran agama adalah kekayaan yang mempunyai arti dan nilai mulia.
    Tapi sering kali kekayaan yang dimilik oleh seseorang dapat pula menimbulkan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama. Karena pengaruh kekayaan orang sering menjadi sombong, angkuh, menghina orang lain, mengumbar nafsu dan lupa diri karena kekayaan ini.
    Sebenarnya kekayaan itu tidak kekal adanya. Kekayaan itu adalah anugrah Tuhan karenanya patutlah diperlihara, dan dikembangkan untuk diyad-nyakan pada orang yang sangat memerlukan kesejahteraan hidup bersama.
      3. Guna (Mabuk Karena Kepandaian Ilmu)
    Guna artinya kepandaian. Kepandaian dicari oleh semua orang. Orang inging menjadi pandai, karena kepandaian dapat meringankan seseorang di dalam ia menempuh segala macam bentuk suka dukanya kehidupan di dunia ini.
    Disamping dapat menolong, kepandaian dapat juga membahayakan orang. Sering pula dengan kepandaian orang melakukan prilaku yang dilarang agama, misalnya menipu, memperalat orang, memfitnah , mengacau, membuat isu-isu, korupsi dan lain sebagainya, yang dapat menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat. Demikianlah jika kepandaian itu dimilik orang orang-orang yang berada dalam kegelapan, maka menimbulkan keburukan dan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.
      4. Kulina (Mabuk Karena Keturunan)
    Kulina artinya keturunan. Keturunan mempunyai arti karena dari keturunan ia akan dapat dikenal siapa sebenarnya dia itu. Orang itu dipandang terhormat disegani dan dipercaya, karena berasal dari keturunan orang-orang dikenal, berjasa, baik budi, karyanya dapat dinikmati oleh orang banyak dan bermanfaat bagi semua orang. Karena keturunan dari orang-orang yang dianggap berjasa seperti itu, sampai pada anak cucu dan buyutnya mendapat penghormatan dan disegani akibat ulah dari leluhurnya. Sering kali dari adanya keturunan ini, orang merasa bangga akan dirinya karena merasa keturunan orang terhormat, terkenal dan lain sebagainya, dengan kebanggaan ini lalu ia merasa dirinya berderajat tinggi, sehingga ia menjadi sombong, angkuh dan kemudian menghina orang lain serta mengangap orang lain itu rendah dan bodoh. Perbuatan yang seperti itu adalah sungguh sangat tercela dan akibatnya orang tersebut tidak disenangi oleh orang banyak dan masyarakat.
      5. Yomana (Mabuk Karena Keremajaan)
    Yowana artinya masa remaja/muda. Masa muda/remaja ini penuh dengan kegairahan hidup, masa gemilang penuh kreatifitas, masa kekuatan dan kecerdasan sedang hebatnya.
    Masa muda/remaja inilah yang sebenarnya dipakai kesempatan untuk berbuat banyak terhadap keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. Tetapi jika di masa muda ini belum memiliki pendirian yang kuat, masih bimbang, ragu, goyah, belum ada keseimbangan sehingga perbuatan yang dilakukan sering kali tidak terarah, ia hanya berbuat untuk menarik perhatian orang lain. Tindakannya pun sering keliru, seperti melanggar kesopanan, melanggar kesusilaan dan sebagainya sehingga dapat merugikan orang lain dan juga dirinya sendiri.
    Dalam hal ini Sarasamuccaya memberikan pedoman :

      Pergunakan masa mudamu dengan sebaik-baiknya, masa inilah masa menuntut ilmu, masa bekerja yang keras, menciptakan sesuatu yang berguna. Janganlah angkuh dan sombong karena keremajaan ini, dan harus disadari karena semua itu tidak kekal dan bersifat maya belaka, maka dari itu budi luhurlah yang harus dipupuk dan dikembangkan.
      6. Sura (Mabuk Karena Minuman Keras)
    Sura artinya minuman keras. Yang termasuk minuman keras antara lain : tuak, bir, alkohol dan lain-lainnya. Minuman ini bila diminum secara berlebihan akan menyebabkan mabuk, dan berakibat merusak saraf.
    Bila saraf terganggu maka pikiranpun menjadi tidak waras. Ketidak warasan pikiran menimbulkan tindakan yang tidak terpuji, sering kali orang yang mabuk mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, sehingga tidak jarang lalu timbul perkelahian, keributan dan lain sebagainya. Oleh karena itu waspadalah terhadap minuman keras, jauhilah minuman yang merusak yang bisa mengakibatkan hilangnya kesabaran.
      7. Kasuran (Mabuk Karena Kesaktian Atau Keberanian)
    Kasuran artinya keberanian. Setiap orang eprlu memiliki keberanian. Tanpa adanya keberanian orang akan merasa menderita. Hidup ini adalah suatu perjuangan, oleh karena itu kebenranian itu sangat diperlukan. Keberanian di sini dipergunakan untuk dapat mengatasi liku-liku kehidupan seperti : keberanian dalam mengatasi penderitaan, keberanian membela dan mempertahankan kebenaran dan lain sebagainya. Dan hendaknya keberanian itu selalu dilandasi oleh dharma. Orang tidak layak mabuk karena keberanian, sebab keberanian hanya karena berani saja tanpa dilandasi adanya kebenaran adalah keliru dan dipandang salah. Keberanian adalah untuk membela yang benar sesuai dengan ucapan : "Satyam Ewam Jayate na nrtam"
    Artinya : kebenaran selalu menang dan bukan kejahatan.
    
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar